Selama dua pekan ke depan, sejak Selasa (11/11) pekan lalu, pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dibuka
IST
Muhammad Yakub Yahya, Dewan Pengurus TPQ Plus Baiturrahman, ASN di Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Aceh
Muhammad Yakub Yahya Dewan Pengurus TPQ Plus Baiturrahman, ASN di Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag AcehSelama dua pekan ke depan, sejak Selasa (11/11) pekan lalu, pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dibuka. Seleksi untuk calon abdi negara, bagi 152.250 formasi CPNS, dibuka secara nasional, dan sebanyak 3.424 formasi buat putra-putri Aceh.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo pun mengingatkan kepada para calon pelamar CPNS untuk lebih jeli dan hati-hati dalam memilih formasi dan memenuhi syarat pendaftaran. "Tahun lalu banyak sekali yang gagal di seleksi administrasi karena tidak teliti membaca," ujarnya Selasa, 11/11).
Ini peluang baik bagi kita, saudara kita, sebagian warga negara. Apalagi ditebar bagi 67 kementerian/lembaga (37.425 formasi) dan 461 pemerintah daerah (114.861 formasi). Nanti ada lulus, yang pertama ikut tes. Ada juga, semoga lulus, dari para honorer. Apalagi ada yang sampai usia dekat pensiun, masih honor.
Kita `salut' pada kegigihan saudara kita, dalam menyiapkan berkas panjang, antrian di loket, mendaftar berkali-kali, hingga jatuh bangun saat tes, sampai meninggal pun rela, asal NIP (Nomor Induk Pegawai) bisa dapat, dan `digadaikan' di bank. Saat seleksi CPNS pola lama, tak serentak, saya dan rekan sempat seleksi, dalam setahun hingga tiga kali (selama 10 tahun).
Setelah moratorium dicabut, seusai honorer K1 dan K2 diproses, ada yang suka ada yang duka. Sarjana yang lama belum tahu ke mana, tak tahu mau berbuat apa, kampus negeri dan swasta justru terus mewisuda, mengijazahkan 'calon penganggur'. Rektor boleh mengajak saat wisuda, jangan hanya bermimpi jadi PNS. Satu kabar baik di Aceh, kini masih berlaku pepatah ini, "Kegagalan itu kemenangan yang tertunda," bukan?
Nanti, ada lagi berita baru yang menyusul, yang terus kita baca dan pelemikkan di kantin. Misalnya untuk beberapa formasi yang unik: lain yang diminta, lain yang melamar; `warna ijazah' ini yang diminta, `map transkrip' lain yang masuk; dan `orang kampung' yang dicari, `anak tetangga' yang melamar. Jika seleksi administrasi dan hasil uji masuk diumumkan, ternyata kita, anak, adik, ipar, atau keponakan kita yang baru bersalaman dengan rektor, tidak (belum) lulus, kambing hitam pun kita cari.
Cela dan hujat, muhasabah sejatinya banyak ke sini, diri sendiri. Jangan ikut-ikutan orang yang gampang menyalahkan, dan suka menyuap. Dia dan yang `seideologi' dengannya, jika usaha, sudah usai, tinggal calon mengerling pejabat kanan kiri, melobi, meski itu dilarang aturan. Padahal, yang tak boleh alpa itulah doa, dan sujud ruku' pada Ilahi. Yakinlah, nanti, kita yang belum lewat, pasti Allah sudah sediakan lahan dan kesempatan lain.
Bagi calon pegawai yang belum lewat kali ini, tak selayaknya menyesal. Sebab Allah Maha Adil dan Maha Tahu, bahwa lahan kita ada di tempat lain yang lebih layak. Sedikit saja manusia Indonesia yang PNS, selebihnya dunia ini digerakkan oleh sektor swasta. Walaupun bukan PNS, bukankah hidup kita juga bisa mapan, dan bukankah rezeki itu bukan hanya uang? Apalagi seleksi CPNS musim maulid, Rabi'ul Awal 1441 H, mari kita teladani dalam segala hal, dalam hal muhasabah juga.
Buat kita yang akan lulus, bersyukurlah, misalnya dengan banyak membaca lagi dan mengaca diri dalam berbusana. Bersyukurlah kita yang PNS yang `nasib baik' telah Allah pihakkan kepada kita. Di saat ribuan dan jutaan `pengangguran', menurut versi pihak Dinas Tenaga Kerja, walaupun dia punya kerja produktif lain. Sadarlah wahai PNS akan nikmat kepegawaian, sebab setiap rupiah yang kita teken awal bulan itu ada tuntutan pertanggungjawaban, seperti juga profesi lain.
Walaupun kita sering bantah, namun ajaran yang ini benar, bahwa yang penting uang itu berkah, bukan banyaknya. Tak kekal kekuasaan, kekayaan, pekerjaan, dan pengangguran pada suatu tangan, melainkan Allah gilirkan. Dulu masanya bus (bus ekspres) dan harlan terminal, lalu disapa abang RBT, kini masanya L-300, Travello, dan Hiace, mengantar kita ke pintu rumah; kini giliran ojek, bukan?
Benar kata Nektu kita, "Buet meubagi-bagi, raseuki meujumba-jumba," profesi kita bermacam-macam, rezeki kita punya jatah. Untuk hari ini kadangkala tepat jika disebutkan, bahwa mahasiswa yang sedang kuliah di kampus biru, pada hakikatnya sedang mempersiapkan diri untuk menjadi `calon penganggur'.
Ini jika komitmen pertama masuk kuliah hanya buat mencari kerja (baca: pegawai negeri), bukan kita niatkan tugas belajar itu sebagai kewajiban atas manusia yang memiliki pikiran, atau belajar itu sebagai tugas khalifah yang memakmurkan bumi.
Juga, biasanya tidak akan menganggur, andai kata dari pertama masuk kampus sudah kita tekadkan, bahwa menuntut ilmu itu sebagai bagian dari proses kehidupan, bukan ikut-ikutan. Sehingga kalau kuliah atau menuntut ilmu di mana pun sambil menempa hidup diri sendiri, biasa tak akan menganggur. Sehingga lantaran ikut keadaan dan gaya, sering kita dengar putera dan puteri kita sudah `salah' ambil jurusan.
Sehingga ramai-ramai pula alumni non-tadris (bukan jurusan kependidikan) mengambil akta IV, untuk cepat-cepat dapat NIP, sebagai bapak atau ibu guru. Sebab kebutuhan guru--kendatipun dilaporkan banyak yang morat-marit, tertunggak utang, dan gajinya telat (kasus guru bantu dan guru kontrak)--lebih cepat disambut bursa tenaga kerja kita.
Memang kapasitas sarjana nonkependidikan bisa lebih hebat, namun kenapa saat kuliah ada rasa `minder' atau diminderkan dari jurusan keguruan, dan ada rasa `keren' dan dikerenkan untuk jurusan lain?
Sikap minder dan egois ini juga mungkin menghinggapi sebagian PNS kita yang masih ada rasa: kita `hanya' guru, berbeda dengan mereka yang di kantor. Atau kita `hanya' petani, pelaut, pedagang, sales, wartawan, penyiar, penyanyi, bilal, ustadz, guru kontrak, guru honor, bidan honor, perawat honor, `polisi syariah', sopir, penjahit, buruh, satpam, pesuruh, tukang parkir, tukang sepatu, penjual bakso, penjaja ikan, pendorong gerobak eskrim, penyemir sepatu, pemanjat kelapa, penjaga mayat, aktivis, harlan terminal, ojek, baby sitter, ibu rumah tangga, atau pengurus partai', sedangkan mereka pegawai negeri. Atau kita `hanya' alumni dayah, sedangkan bapak-bapak orang dari kampus.
Akhirnya, sampai akhir bulan maulid pertama, 27 Rabi'ul Awal, Ahad (24/11) nanti, panitia di 20 kabupaten/kota terus sibuk. Formasi apa pun, satu atau ramai diminta, selamat berjuang kawan, juga bagi yang honorer yang belum gol. Terus, lapang dada, jika gagal di tahun ini; dan syukur, jika lulus honorer dan musim tes 2019, hingga finalisasi pengumuman 2020 nanti.
Sabarlah menanti pengumuman, yang biasa hingga usai reshuffle kabinet (jika ada). Jika meninggal dalam testing dan demo pun, atau saat sudah mengantongi NIP, moga malaikat meluluskan kita dalam golongan `syahid', `afwan, syukran, wassalamu'alaikum.
Aceh Trbn
0 comments:
Post a Comment